Ibrahim
dilahirkan pada bulan Dzulhijjah tahun 8 Hijriah. Abu Umar bin Abd al-Barr
berkata : az-Zubair menyebutkan riwayat dari para syaikhnya, bahwa ibu Ibrahim, Mariyah, melahirkan dia di Aliyah,
suatu tempat yang waktu itu disebut dengan al-Quff (tempat Ibrahim
minum). Yang mengetahui akan kelahirannya pertama kali adalah Salma, -maulahnya
Nabi saw, istri Abu Rafi’. Kemudian Abu Rafi’ memberitahukan hal tersebut
kepada Nabi saw, dan Nabi memberikan seorang pembantu kepadanya. Pada hari
ketujuh, Nabi saw mengadakan aqiqah dengan menyembelih domba jantan, dan rambut
Ibrahim dipotong oleh Abu Hindun. Pada hari itu ia diberi nama. Nabi saw
bersedekah kepada orang-orang miskin dengan uang seberat rambut anak itu.
Orang-orang mengambil rambutnya lalu ditanam di tanah. Diriwayatkan dari Anas,
ia berkata : Rasulullah saw pernah bersabda
:
وُلِدَلِي اللَّيْلَةَغُلاَمٌ فَسَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِي
إِبْرَاهِيْم
“pada suatu malam telah
dilahirkan untukku seorang anak yang kemudian aku beri nama dengan nama ayahku,
Ibrahim”.
Riwayat ini
menunjukkan bahwa pemberian nama itu pada waktu ia dilahirkan. Az-Zubair
meneruskan ceritanya : kemudian anak itu dibawa ke Ummu Saif, seorang wanita di
Madinah. Ada yang mengatakan, dia adalah Abu Saif. Az-Zubair mengatakan, kaum
Anshar berlomba-lomba untuk mencarikan orang yang menyusui anak itu, kemudian
datanglah Ummu Burdah binti al-Mundzir bin Zaid al-Anshari, istri al-Bara’ bin
Aus. Ia berbicara kepada Rasulullah untuk menyusui Ibrahim. Ummu Burdah
menyusuinya dengan air susu anak laki-lakinya di Bani Mazin bin an-Najjar. Ummu
Burdah meminta upah untuk menyusui anak itu kepada ibunya, lalu Rasulullah saw
memberinya sepotong roti kepadanya. Namun kemudian biayanya ditanggung oleh
Abdullah bin Zam’ah. Ibrahim
meninggal pada bulan Rabi’al-Akhir tahun 10 Hijriyah. Umurnya ketika itu 16
bulan. Ia meninggal ketika berada di Bani Mazin ketika dalam asuhan Ummu
Burdah. Nama asli Ummu Burdah adalah Khaulah binti al-Mundzir bin Labid. Ia
juga yang memandikannya, dan kemudian dimakamkan di Baqi’. Rasulullah saw
bersabda : “Andaikan ia tetap hidup aku akan menetapkan jizyah pada setiap
orang Qibthi”. Beliau juga mengatakan :
لَوْعَاشَ إِبْرَاهِيْمُ مَارَقَّ لَهُ خَالٌ
“Andaikan Ibrahim hidup, kesombongan tidak akan menaruh simpati
kepadanya”.
Dalam hadis
Anas bin Malik terdapat penjelasan, bahwasanya Ibrahim meninggal ketika dalam
asuhan Ummu Saif. Anas bin Malik mengatakan : Rasulullah saw pergi bersamaku,
kami menemui Abu Saif ketika ia sedang meniup ubupan di dapur. Rumahnya
dipenuhi dengan asap. Aku mempercepat jalan mendahului Rasulullah saw, dan
menemui Abu Saif lebih dahulu. Aku katakan padanya : Hai Abu Saif, tahanlah,
Rasulullah saw datang. Abu Saif berhenti, tidak meneruskan meniup api.
Rasulullah memanggil seorang anak kecil, dan ia pun segera mendekat. Masya
ALLOH betapa menakjubkan yang dikatakan. Anas mengatakan : Aku melihat Rasulullah saw merelakan
seluruh jiwanya untuk Ibrahim, kedua mata Rasulullah mengalirkan air mata,
beliau berkata :
تَدْمَعُ العَيْنُ٬وَيَحْوَيَحْزَنُ الْقَلْبُ٬وَلَانَقُوْلُ إِلَّامَايُرْضَي
الرَبَّ٬وَإِنَّا بِكَ يَاإِبْرَاهِيْمَ لَمَحْزُوْنُوْنَ
“Air mata mengalir, hati bersedih, tetapi tidak kami katakan kecuali
yang diridhai oleh Tuhan. Kami sangat sayang terhadap engkau hai Ibrahim”.
Abu Umar bin
Abdul Barr berkata : jelas
bahwa Rasulullah pernah menangisi anaknya, Ibrahim, tanpa mengeluarkan suara,
dan beliau mengatakan : Air mata mengalir, hati bersedih, tetapi tidak kami katakan
kecuali diridhai oleh Tuhan. Kami sangat sayang terhadap engkau hai Ibrahim.
Diriwayatkan
dari Atha’, dari Jabir ia berkata : Nabi menyuruh Abdurrahman bin Auf
mengambikan kurma. Ternyata anaknya, Ibrahim berada di kamar ibunya. Rasulullah
saw mengambil sendiri dan meletakkannya di kamar, kemudian ia berkata : “Hai Ibrahim, kami tidak ada
apa-apanya bagimu selain pertolongan dari ALLOH”. Air mata kedua mata
Rasulullah mengalir, lalu beliau berkata :
يَاإِبْرَاهِيْمُ إِنَّالَانَغْنِي عَنْكَ مِنَ اللٰه شَيْئًا٬ثُمَّ ذَرَفَتْ
عَيْنَاهُ٬ثُمَّ قَالَ ׃
يَاإِبْرَاهِيْمُ لَوْلَاأَنَّهُ أَمْرٌحَقٌّ٬وَوَعْدٌصِدْقٌ٬وَأَنَّ آخِرَنَاسَيُلْحِقُ
أَوْلَنَا٬لَحَزَنَّاعَلَيْكَ حَزْنًاهُوَأَشَدُّمِنْ هٰذَا٬وَإِنَّابِكَ
يَاإِبْرَاهِيْمُ لَمَحْزُنُوْنَ۰تَبْكِي اْلعَيْنُ وَيَحْزَنُ اْلقَلْبُ٬وَلَانَقُوْلُ
مَايُسْخِطُ الرَّبَّ۰
“Hai Ibrahim, andaikan hal ini bukan suatu kebenaran, dan janji
yang benar, bahwa pada akhirnya kita akan menemui seperti awal kita, sungguh
kami tidak bersedih melebihi kesedihan kami dalam hal ini. Kami sangat sayang
terhadap engkau, hai Ibrahim. Mata menangis, dan hati bersedih, tetapi kami
tidak mengucapkan sesuatu yang membuat Tuhan murka”.
Para sahabat
berkata : kematian Ibrahim bertepatan dengan terjadinya gerhana matahari. Ada
kaum yang mengatakan : Gerhana matahari terjadi karena kematian Ibrahim.
Kemudian Rasulullah berkhutbah di hadapan mereka dan mengatakan :
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَآيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللٰهِ
لَايَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍوَلَالِحَيَاتِهِ٬فَإِذَارَأَيْتُمْ ذَالِكَ
فَافْزَعُوْاإِلَى ذِكْرِاللٰهِ وَإِلَى الصَّلَاةِ۰
“Sesungguhnya matahari
dan bulan adalah tanda-tanda dari kekuasaan ALLOH. Tidaklah gerhana terjadi
karena kematian seseorang atau karena hidupnya seseorang. Bila kamu sekalian
melihatnya, berlindunglah dengan mengingat ALLOH dan shalatlah”.
Rasulullah saw bersabda ketika Ibrahim meninggal :
إِنَّ لَهُ مرْضِعًافِي الْجَنَّةِتُتِمُّ رَضَاعَهُ
"Ia akan memperoleh orang yang
menyusuinya di surga, yang menyempurnakan penyusuannya”.
Rasulullah saw
menshalatinya dengan bertakbir empat kali. Ibn Abdil Barr berkata : Ini adalah
pendapat jumhur Ulama’ dan yang paling sahih. Ia juga mengatakan, ada yang
berpendapat bahwa yang memandikan Ibrahim adalah al-Fadhl bin Abbas, juga yang turun
ke kuburannya bersama dengan Usamah bin Zaid. Rasulullah berada di tepi
kuburannya. Az-Zubair berkata : Kuburan Ibrahim diperciki air, dan diberi
tanda. Ini adalah kuburan pertama dalam Islam yang diperciki dengan air.